Minggu, 09 September 2007

Aku Ingin

Aku cinta kamu!
Berapa kali Anda mengucapkan kalimat itu kepada istri Anda dalam sehari?Saya jelas tidak bisa menebaknya. Tapi bebarapa orang suami atau istri mungkin bertanya: perlukah itu diucapkan setiap hari? Apa yang mungkin “dilakukan “ kalimat itu, dalam hati seorang istri, bila itu diucapkan seorang suami, pada saat anak ketiganya menangis karena susunya habis? Ada juga anggapan seperti ini: kalimat itu hanya dibutuhkan oleh mereka yang omantis dan sedang jatuh cinta, dan itu biasanya ada sebelum atau pada awal-awal pernikahan. Setelah usia nikah memasuki tahun ketujuh, realita dan rutinitas serta perasaan bahwa kita sudah tua membuat kita tidak membutuhkannya lagi.
Kita juga hampir percaya bahwa romantika itu tidak akan bertahan di depan gelombang realitas atau bertahan untuk tetap berjalan bersama usia pernikahan. Tapi kemudian kia menemukan ada satu fitrah yang lekat kuat dalam diri manusia bahwa sifat kekanak-kanakan-ddan tentu dengan segala kebutuhan psikologisnya-tidak akan pernah lenyap sama sekali dari kepribadian seseorang selama apapun usia memakan perasaannya. Kebutuhan anak-anak akan ungkapan-ungkapan verbal yangs sederhana dan lugas dari ekspresi rasa cinta itu sama-sama dibutuhkandan tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa yang satu lebih dibutuhkan dari yang lain.
Perasaan manusia selamanya fluktuatif. Demikian pula semua jenis emosi yang dianggap dalam perasaan kita. Kadar rasa cinta, benci, takut, senang, dan semacamnya tidak akan pernah sama dari waktu ke waktu. Tetapi yang mungkin terasa sublim adalah fluktuasi perasaan itu sering tidak disadari dan tidak terungkap atau disadari tai tidak terungkap.
Situasi ini kemudian mengantar kepada kenyataan lain. Bahwa setiap kita tidak akan pernah bisa mengetahui dengan pasti perasaan orang lain terhada dirinya. Kita mungkin bisa menangkap itu dari sorotan mata, gerak tubuh, dan perlakuan umum, tapi detil perasaan itu tetap tidak terungkap selama ia tidak diungkap secara verbal.
Perlukah detail perasaan itu kita ketahui, kalau isyarat-isyaratnya sudah terungkap? Mungkin ya mungkin tidak. Tapi yang pasti bahwa kita semua, dari waktu ke waktu, membutukan kepastian. Kepastian bahwa kita tidak salah memahami isyarat tersebut. Bukankah kepastian juga yang diminta Nabi Ibrahim ketik beliau ingin menghidupkan dan mematikan?
Dari bab inilah ungkapan verbal berupa kata menemukan maknanya. Bahkan sesungguhnya ada begitu banyak kekurangan dalam perbuatan yang ”beban psikologisnya” dapat dikurangi dengan kata. Ketika Anda menolak seorang pengemis karena tidak memiliki sesuatu yang dapat Anda sedekahkan, itu tentu sakit bagi pengemis itu. Tapi Allah menyuruh kita mengurangi beban sakit itu dengan kata yang baik. Bukankah ”perkataan yang baik lebih baik dari sedekah yang disertai cacian?”
Jika kepada sesama sahabat rasa cinta harus diungkapkan secara verbal, dapatkah kita membayangkan seperti apakah verbalnya ungkapan rasa cinta yang semestinya kita berikan kepada istri kita? Apakah makhluk yang satu itu, yang mendampingi kita lebih banyak dalam saat-saat lelah dan susah dibandingkan saat-saat suka dan lapang, tidak lebih berhak untuk mendengarkan ungkapan rasa cinta itu?
Di tengah kesulitan ekonomi sekarang ini, tidak banyak diantara kita yang sanggup memenuhi kebutuhan-kebutuhan rumah tangga secara ideal. Dan dalam banyak hal kita mungkin perlu untuk lebih toleran dalam memandang pola hubungan hak dan kewajiban yang sering kali manandai bentuk hubungan kita secara harfiah. Atau mungkin mengurangi efek psikologis yang ditumbuhkan oleh ketidakmampuan kita memenuhi semua kewajiban dengan ”kata yang baik”.
Anda mungkin seriing melihat betapa lelahnya istri Anda menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah. Mulai dari memasak, mencuci, sampai menjaga dan merawat anak. Setan apakah yang telah meyajinkan kita begitu rupa bahwa makhluk mulia yang bernama istri saya atau istri Anda tidak butuh ungkapan ”I Love You” karena kita sudah sama-sama tah, sama-sama paham, atau karena kita sudah sama-sama tua dan karenanya tidak cocok menggunakan cara ”anak-anak muda” menyalakan cinta? Setan apakah yang telah membuat kita begitu pelit untuk memberikan sesuatu yang manis walaupun itu hanya ungkapan kata? Setan apakah yang telah membuat kita begitu angkuh untuk mau merendah dan membuka rahasia hati kita yang sesungguhnya dan menyatakan secara sederhana dan tanpa beban?
Tapi mungkin juga ada situasi begini. Anda mencintai istri Anda. Anda juga tidak terhambat oleh keangkuhan untuk menyatakannya berulang-ulang. Masalahnya hanya satu. Anda tidak bisa melakukan itu. Dan itu membuat Anda kaku
Jika Anda termasuk golongan ini, utlislah pula puisi Sapardi Djoko Damono ini dan berikanlah tia kepada istri Anda melalui putra atau putri Anda.

Aku Ingin

Aku ingn mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujanyanh menjadikannya tiada.

6 komentar:

Abunadia mengatakan...

Ini yang ditunggu-tunggu....sisi lain dari Pak Rofiq...sisi romantissss....!

Denny Polii mengatakan...

Ini gambaran seorang pencinta wanita yang sejati n patut dicontohin

ZIBAR mengatakan...

pak rofiq....kalo menurut bapak, sebuah kritik, yang ditujukan kepada seorang teman, istri, atau siapalah orang yang dekat dengan kita, bisa ngga dikatakan sebagai refleksi atas rasa cinta, dan perhatian kita terhadap dengan orang yang dekat dengan kita tersebut?

kalo sementara ini, menurut saya sih bisa saja, tapi saya sering menemui kendala, orang lain malah menganggap kritik yang seaya berika itu sebagai refleksi dari kebencian saya terhadap orang tersebut. padahal hal itu tidak benar sama sekali, kritik yanga saya berikan itu merupakan refleksi dari perhatian saya terhadap orang yang saya kritik itu...dan bukan saya lakukan dengan tujuan untuk menyakiti hati orang yang saya kritik tersebut..

piyye kalo menurut pak Rofik...?

Andi Sulistiyo mengatakan...

Nggak nyangka yah.... Mr Rofiq ternyata bisa "manis" juga.... Kalo baca komen Mr Zibar, saya sih setuju aja. Kritik kadang menyakitkan meskipun sebenarnya itu bukti perhatian. Yang perlu dipertimbangkan dalam memberi kritik, menurut saya, bagaimana pemahaman orang yang kita kritik terhadap makna yang tersirat dari ucapan atau tindakan kita, karena tidak semua orang dapat "menerima" kritik dengan "gaya" kita. Bisa nggak ya kita mengkritik beda gaya ke orang yang berbeda? Pake ilmu mimikri? :)

abiechacha mengatakan...

Pak Zibar, matur nuwun komentarnya...kritik bisa kita artikan sebagai sebuah bentuk perhatian kepada orang dan bisa juga sebagai wujud rasa cinta kita kepada orang tersebut. Kritik yang membangun menjadikan orang tersebut bisa lebih berkembang dan dewasa. Jadi menurut saya kritik juga merupakan refleksi rasa cinta sepanjang dilakukan dengan cara yang santun dan benar serta bukan asal kritik.

swijanarko mengatakan...

wah.., pak rofiq lagi jatuh cinta..
selamat mencintai pak, semoga cinta selamanya